Rabu, 18 Maret 2009

Catatan Sastra

Casa (Catatan Sastra)

Puisi
Puisi adalah bentuk sastra yang paling tua, karya-karya besar dunia yang bersifat monumental di tulis dalam bentuk puisi. Kebiasaan menulis berpuisi merupakan tradisi kuno pada masyarakat. Puisi yang paling tua dan paling banyak ditemukan pada masyarakat zaman dahulu adalah mantera.
Puisi terbagi dua menurut masanya yakni puisi lama dan puisi baru.
A. Puisi lama => Mantera, syair, pantun, gurindam, seloka, dan carmina
B. Puisi baru => Stanza, oktaf, soneta, quatrain, quin, terzina, septina, distichorn, sektet.

Suatu karya sastra memiliki unsur ekstinsik dan unsur intrinsik, begitu juga dengan puisi. Secara garis besar unsur terbagi kedalam dua macam yakni struktur fisik dan struktur batin.
1. Unsur batin meliputi ;
a. Diksi ( Pilihan Kata )
Penyair sangat cermat dalam pemilihan kata-kata untuk puisinya. Kata yang ditulis sangat dipertimbangkan, komposisi bunyi dalam rima dan irama kedudukan kata itu dalam hubungan dengan kata yang lain, serta kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu, oleh karena itu, disamping memilih kata yang tepat penyair juga mempertimbangkan urutan katanya.
b. Pengimajian
Ialah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Dengan daya imajinasi yang diciptakan penyair maka pada kata & puisi itu seolah-olah tercipta sesuatu yang dapat di dengar, dilihat ataupun dimisalkan oleh pembacanya.
c. Kata konkret
Untuk membangkitkan imajinasi ( daya khayal ) pembaca, maka kata-kata yamh di tuangkan harus di perkonkret. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata maka pembaca seolah melihat, mendengar, dan merasa apa yang di tuliskan penyair dalam puisinya.
d. Bahasa figuratif ( Majas )
Ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengisahan yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Dengan majas penyair menyampaikan perasaannya, pengalaman batih, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya.
e. Rima / Ritma
Ialah pengulangan bunyi dalam puisi, rima berfungsi membentuk musikalitas atau orkestrasi, dengan adanya rima itulah efek bunyi makna yang dikehendaki penyair semakin indah dan makna yang ditimbulkannyapun lebih kuat.

2. Unsur batin dalam puisi ada 4 yakni, tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone),dan amanat.

Jenis-jenis Puisi
1. Puisi Epik
Dalam puisi ini ada 2 bentuk puisi yaitu epos dan wiracerita, fabel dan balada. ”Epos” adalah puisi berisi cerita yang panjang, bahkan didalamnya terdapat anak cerita yang dirangkai dalam cerita pokoknya, epos ini adalah bentuk yang paling tua, misalakan epos Illias dan Odisee yang berasal dari Yunani, atau epos Mahabarat dan Ramayana dari India.

”Fabel” adalah puisi yang berisi cerita kehidupan para binatang untuk menyindir atau meberi tamsil pada manusia dengan tujuan untuk memberi ajaran moral melalui simbol binatang.

”Balada” adalah puisi cerita yang mengandung bahasa sederhana, langsung dan konkret, ketegangan , ancaman dan kejutan dalam materi cerita mengandung kontras yang dramatik, terdapat pengulangan untuk penegasan, kadar emosi yang kuat, terdapat dialog, cerita objektif, dan sedikit mengandung ajaran moral.

2. Puisi lirik
Dalam puisi lirik, penyair mengungkapkan pikiran dan perasaan pribadinya, ditinjau dari maksudnya puisi ini di golongkan kedalam 3 bagian yaitu sajak kognitif, sajak ekspresif, dan sajak efektif

Puisi afektif adalah sajak yang mementingkan pengaruh perasaan pembaca. Puisi kognitif adalah puisi lirik yang menekankan isi gagasan penyair dan mementingkan tema yang berisi pernyataan dan ide, ajaran, kebijaksanaan yang di ungkapkan dalam gaya bahasa yang sedikit prosais (bermakna tunggal).

Jika dilihat dari segi isinya, puisi lirik dapat dibagi dalam elegi, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.

”Elegi” adalah sajak lirik yang berisi ratapan kematian seseorang (orang yang dicintai atau di kagumi penyair), biasanay ditulis segera setelah kematian seseorang itu terjadi, dan jika penyair menils sendiri sajak kematiannya sebelum meninggal dinamakan ”epitaph”.

”Ode” atau ”Oda” adalah sajak lirik yang berisi pujian terhadap seorang pahlawan atau tokoh yang dikaguminya.

”Epigram” adalah sajak lirik yang berisi ajaran kehidupan yang bersifat mengajar dan menggurui dalam bentuk ironis.

”Humor” adalah sajak lirik yang mencari efek humor baik dalam isi maupun teknik sajaknya.

”Pastoral” adalah sajak yang berisi penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani sawah.

”Idyl” adalah sajak lirik yang berisi nyanyian tentang kehidupan di pedesaan, perbukitan, dan padang-padang.
”Satire” adalah sajak yang berisi ejekan pedas dengan maksud memberikan kritik. Nadanya humor namun tajam dan menusuk bagi yang di kritik.

”Parodi” adalah sajak lirik yang berisi ejekan tetapi ditujukan terhadap karya seni tertentu.


3. Puisi dramatik
Pada dasarnya berisi analisis watak seseorang, baik bersifat historis, mitos maupun fiktif pikiran penyair. Puisi ini mengungkapkan suasana tertentu mata batin tokoh yang dipilih penyair.

Drama
Drama adalah ragam sastra yang berbentuk dialog-dialog yang dimaksudkan untuk di pertunjukan di atas pentas. Cikal bakal seni drama ditemukan pada dinding Piramida Mesir (3500 SM). Disana terlukis seorang pendeta berdiri di antara para jemaatnya. Wajahnya bertop[eng, sementara tubuhnya berayun seperti tengah menceritakan sesuatu. Rupanya pendeta Mesir itu tengah melukiskan keagungan Tuhan. Ia memanfaatkan seni peran dalam menyampaikan ajarannya.
Pertunjukkan seni drama yang lengkap ditemukan pertama kali di Yunani (534 SM). Sebagai penghormatan pada dewa Dionisius, bangsa Yunani membuat upacara keagamaan yang berupa seni pertunjukan. Pemerannya hanya seorang namun didampingi oleh grup paduan suara sekotar 50 orang.
Drama sosial kemudian muncul pada abad 19, seni drama tradisional khususnya kemudian berkembang hampir diseluruh pelosok daerah dengan beragam variasi dan bentuk, contoh wayang & ketoprak dari jawa tengah, lenong dari Jakarta dll.
Pada tahun 1900 drama modern masuk ke Indonesia bersama dengan masuknya penjajah Portugis dan Belanda. Drama-drama tersebut berupa opera, stambul, dan komedi bangsawan.
Sebelum perang kemerdekaan mulai muncul penulis drama romantic yang terkenal, seperti Rustam Effendi, Muhammad Yamin, Sanusi Pane dan Armind Pane. Setelah tahun 1966, perkembangan drama semakin pesat, terutama setelah dewan kesenaina Jakarta membuat tradisi lomba penulisan drama sehingga muncul drama radio, drama panggung (teater), drama televisi, dll.
Berikut unsur-unsur yang ada dalam sebuah drama
1. Babak disusun berdasarkan pertimbangan pementasan, terutama menyangkut latar belakang karena sebuah bagian dalam drama dapat terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda.
2. Adegan merupakan bagian dari babak uang ditandai dengan pergantian formasi atau posisi pemain di atas pentas.
3. Dialog merupakan percakapan para tokoh yang menjadi pusat tumpuan berbagai unsur struktur drama.
4. Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan dalam pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau perbuatan, tokoh dan unsur cerita lainnya.
5. Prolog merupakan pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan.
6. Epilog berisi kesimpulan pengarang mengenai tema cerita. Prolog berada di awal naskah, sedangkan epilog yang berada di akhir drama.
7. Solilokui (monolog/ senandika) merupakan ungkapan pikiran seorangtokoh yang diungkapkan dalam bentuk percakapan kepada diri sendiri.
8. Aside merupakan bagian dari naskah drama yang diungkapkan seorang pemain kepada penonton dengan anggapan tokoh lain tidak mendengarkan.
Unsur intrinsik sebuah drama adalah
1. Tokoh ialah orang-orang yang berperan dalam drama berdasarkan perannya terhadap cerita. Tokoh dibedakan menjadi 3 yakni protagonis, antagonis, dan tritagonis. Watak seorang tokoh dalam drama bisa kita ketahui dari gaya bicara, gerak dan tingkah lakunya, cara berpakaian, jalan pikiran, atu ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh lainnya.
2. Dialog harus memenuhi dua tuntutan yakni, harus menunjang gerak laku tokohnya untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi. Dialog yang diucapkan diatas pentas harus lebih tajamdan tertib dari pada percakapan sehari-hari dan harus tepat sasaran.
3. Alur merupakan peristiwa dan konflik yang dijalin secara seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesaian.
Jenis-jenis alur antara lain
a. Alur maju => penceritaan rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir peristiwa.
b. Alur Mundur => penceritaan rangkaian peristiwa dari yang paling akhir kemudian ke peristiwa yang paling awala.
c. Alur campuran => Perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita.
Suatu cerita dalam drama bergerak dari permulaan, melalui suatu bagian tengah menuju suatu akhir. Bagian ini dikenal dengan eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
4. Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu di dalam naskah

Jenis-jenis drama
1. Drama tragedi cirinya, menampilkan kisah sedih, bersifat serius, memunculkan rasa kasihan dan ketakuktan, menampilkan tokoh yang bersifat pahlawan.
2. Drama komedi cirinya, menampilkan cerita riongan, dan mungkin pula menampilkan kisah serius namun dengan perlakuan nada yang ringan, kelucuan muncul dari tokoh dan bukan dari situasi, gelak tawa yang ditimbulkan bersifat bijaksana.
3. Melodrama cirinya, mengetengahkan serta menampilkan kisah yang serius, banyak memunculkan kejadian yang bersifat kebetulan.
4. Force cirinya menimbulkan kelucuan, bersifat episodik, memerlukan kepercayaan yang sesaat, kelucuannya timbul dari situasi bukan dari tokoh.

Tidak ada komentar: